Cute Finding Nemo

Sabtu, 02 April 2016

Aktiva Tetap


 AKTIVA TETAP

(PENGHAPUSAN ATAU PENGHENTIAN PEMAKAIAN AKTIVA TETAP)

 

Oleh

Syahrina Rahmaniah (11142000028)

Noni Wahyu Lestari (11142000022)

 

SEMESTER 3

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

 

A.  AKTIVA TETAP

            Aktiva tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjual belikan (Rudianto, hal 256). Aktiva tetap merupakan bagian dari neraca yang dilaporkan oleh manajemen dalam setiap periode atau setiap tahun (Waluyo, hal 90). Aset ini digolongkan menjadi aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud.

            Aset tetap berwujud adalah aset yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK No.16 tahun 2007). Masa perusahaan diperoleh adalah periode aset tetap diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan perusahaan diperoleh dari aset. Contohnya adalah kepemilikan mobil yang mempunyai masa manfaat selama 10 tahun. Penetapan apakah mobil tersebut sebagai aset tetap berwujud atau tidak sangat bergantung pada persyaratan yang harus terpenuhi seperti batasan diatas dan juga pada tujuan kepemilikannya.

            Aset tetap tidak berwujud adalah aset yang tidak memiliki bentuk fisik, seperti goodwill, hak paten, copyright, dll.

 

            PENGAKUAN ASET TETAP

            Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa suatu benda berwujud dapat diakui dan dikelompokkan sebagai aset tetap sesuai ketentuan akuntansi komersial apabila:

1.      Manfaat keekonomian masa yang akan datang yang berkaitan dengan aset tersebut kemungkinan akan mengalir kedalam perusahaan, dan

2.      Biaya perolehan dapat diukur secara andal.

            Berdasarkan gambaran tersebut diperlukan adanya penilaian tingkat kepastian aliran manfaat ekonomi masa akan datang sesuai bukti-bukti yang ada. Kepastian ini tersedia apabila resiko dan imbalan telah diterima perusahaan. Hal lainnya adalah adanya pengakuan langsung, sebagai contoh transaksi pertukaran karena mempunyai bukti pembelian aset yang memberikan identifikasi biayanya. Demikian pula apabila aset dibuat sendiri, pengukuran dari sisi biaya dapat dibuat melalui transaksi dengan pihak luar perusahaan dan perusahaan mengakumulasi biaya yang digunakan dalam proses penyelesaian (konstruksi), sehingga akan memenuhi suatu kualifikasi  sebagai aset dan dikelompokan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.

            Biaya perolehan ini terdiri atas harga beli, termasuk bea impor, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan biaya lain yang dapat distribusikan secara langsung sampai aset tersebut siap dipakai atau berada ditempat. Biaya yang dapat distribusikan contohnya adalah biaya persiapan tempat, pengiriman awal (initial delivery), penyimpanan, bongkar muat (handling cost), pemasangan (installation cost), dan biaya profesional (arsitek). Sebagai contoh, PT Mekar membeli sebuah mobil angkutan orang yang kapasitasnya lebih dari 10 orang (mini bus), dengan harga perolehan yang dirinci sebagai berikut:

Harga pembelian                                 = Rp. 220.000.000,00

PPN yang harus dibayar 10%             = Rp.   22.000.000,00

PPnBM yang harus dibayar 10%        = Rp.   22.000.000,00

Harga perolehan                                  = Rp. 264.000.000,00

 

 

B.  PEMBERHENTIAN AKTIVA

            Apa yang harus dilakukan perusahaan jika aktiva tetap kurang bermanfaat, karena habis umur ekonomisnya atau tidak layak lagi untuk dipakai terus-menerus, tidak efektif dan efisien dalam penggunaannya? biasanya perusahaan akan membuat aktiva tetap tersebut harus dihentikan pemakaiannya. Lalu bagaimana cara menghentikannya? Untuk menghentikan pemakaian aktiva tersebut dapat dilakukan dengan cara dibuang, dijual, atau ditukarkan dengan aktiva yang baru. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian  maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila aktiva itu dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau harga residu dicatat sebagai laba atau rugi.

 

           

1. Penjualan Aktiva tetap

            Ada kemungkinan aset tetap yang belum habis umur ekonomisnya tetapi karena berbagai pertimbangan, oleh perusahaan diputuskan untuk dijual. Jika terjadi penjualan aset tetap, maka yang perlu dilihat adalah nilai buku aset tetap tersebut pada tanggal terjadinya transaksi penjualan.

            Nilai buku adalah harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap bersangkutan. Selisih antara nilai buku dengan jumlah uang yang diterima diakui sebagai laba penjualan aset tetap. Jika diperoleh selisih lebih, maka diakui sebagai laba penjualan. Jika diperoleh selisih negatif, maka diakui sebagai rugi penjualan aset tetap.

 

Misalnya: Mesin yang dibeli pada tanggal 1 februari 2005 dengan harga Rp3.200.000,00, pada tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga Rp 650.000,00. Mesin tersebut ditaksir umur nya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis lurus, taksiran nilai residu Rp200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 juli 2009 dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

 

Depresiasi 6 bulan:

6/12 x 1/5 x Rp(3.200.000,00 – 200.000,00) = Rp 300.000,00

 

Depresiasi mesin                                                         Rp 300.000,00

            Akumulasi depresiasi mesin                                                    Rp300.000,00

 

Kas                                                                              Rp650.000,00

Akumulasi depresiasi mesin                                       Rp2.650.000,00

            Mesin                                                                                                   Rp3.200.000,00

            Laba penjualan mesin                                                                         Rp100.000,00

 

     2. Pertukaran Aktiva Tetap

 

(a)     Pertukaran Aktiva Tetap yang Tidak Sejenis

            Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi, harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan ditambah uang yang dibayarkan. Bila nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka harga perolehan aktiva baru didasarkan pada nilai wajar aktiva baru.

            Misalnya pada awal tahun 2006 PT Saya menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp2.000.000,00, akumulasi depresiasi sampai tanggal penukaran sebesar Rp1.500.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar Rp500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp800.000,00 dan PT Saya harus membayar uang sebesar Rp1.700.000,00. Harga perolehan truk adalah Rp2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:

 

            Nilai wajar mesin produksi                           Rp 800.000,00

            Uang tunai yang dibayarkan                         Rp1.700.000,00

            Harga perolehan truk                                    Rp2.500.000,00

 

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas adalah sebagai berikut:

            Truk                                                                 Rp2.500.000,00

            Akumulasi depresiasi mesin                            Rp1.500.000,00

                        Kas                                                                                          Rp1.700.000,00

                        Mesin                                                                                       Rp2.000.000,00

                        Laba pertukaran mesin                                                           Rp300.000,00

 

Laba pertukaran mesin sebesar Rp300.000,00 dihitung sebagai berikut:

 

            Nilai wajar mesin                                                                                Rp800.000,00

            Harga perolehan mesin                                    Rp2.000.000,00

            Akumulasi depresiasi mesin                            Rp1.500.000,00

                                                                                                                                                                                                                                                                             500.000,00

            Laba pertukaran mesin                                                                        Rp300.000,00

 

            Apabila mesin diatas ditukarkan pada pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun 2006, maka pertama kali harus diadakan pencatatan depresiasi untuk ½  tahun 2006 dan baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin tersebut 5 tahun maka jurnal-jurnalnya adalah sebagai berikut:

Depresiasi mesin                                                         Rp200.000,00

            Akumulasi depresiasi mesin                                                        Rp200.000,00

 

Perhitungan: 6/12 x 1/5 x Rp2.000.000,00 = Rp200.000,00.

 

Truk                                                                 Rp2.500.000,00

Akumulasi depresiasi mesin                            Rp1.700.000,00

            Kas                                                                                           Rp1.700.000,00

            Mesin                                                                                        Rp2.000.000,00

            Laba pertukaran mesin                                                           Rp500.000,00

 

 

Laba pertukaran mesin sebesar Rp500.000,00 dihitung sebagai berikut:

 

            Nilai wajar mesin                                                                                Rp800.000,00

            Harga perolehan mesin                                          Rp2.000.000,00

            Depresiasi s.d awal 2006         Rp1.500.000,00

            Depresiasi 6 bulan                            200.000,00

                                                                                          (Rp1.700.000,00)

                                                                                                                        (Rp300.000,00)

            Laba pertukaran mesin                                                                         Rp500.000,00

                                                                                                                                               

 

(b)   Pertukaran Aktiva Tetap Sejenis

            Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama. Dalam hubungannya dengan aktiva tetap yang sejenis PSAK No. 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengoreksi nilai wajar aktiva yang diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan. Sebaliknya bila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan (write down), dan nilai baru sesudah penurunan  digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus membayar uang dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aktiva yang diterima sama dengan nilai buku aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya, apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan aktiva yang diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan dikurangi uang yang diterima.

 

Contoh 1: pertukaran dengan mengeluarkan kas

Misalnya, PT Risa Fadila menukarkan truk merek A dengan truk baru merek B harga perolehan truk A sebesar Rp. 10.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp. 4.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp. 25.000.000,00. PT Risa Fadila membayar Rp. 20.000.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran tersebut adalah sebagai berikut:                                                                                                   

Truk B
Rp. 26.000.000,00
 
Akumulasi depresiasi truk A
Rp.   4.000.000,00
 
           Truk A
 
Rp. 10.000.000,00
            Kas
 
Rp. 20.000.000,00

 

Perhitungannya sebagai berikut:

Harga perolehan truk A                      Rp. 10.000.000,00

Akumulasi depresiasi                          (Rp.   4.000.000,00)

Nilai buku truk A                                Rp.   6.000.000,00

Kas yang dibayarkan                          Rp. 20.000.000,00

Harga perolehan truk B                       Rp. 26.000.000,00

 

Contoh 2: pertukaran dengan penerimaan kas

Sebagai contoh , misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan truk B, harga perolehan truk A sebesar Rp. 50.000,000 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp. 20.000.000,00 harga pasar (harga wajar) truk B Rp. 35.000.000,00 dan PT Risa Fadila menerima uang Rp. 5.000.000,00. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini sebagai berikut:

Truk B
Rp. 25.000.000,00
 
Akumulasi depresiasi truk A
Rp. 20.000.000,00
 
Kas
Rp.   5.000.000,00
 
            Truk A
 
Rp. 50.000.000,00

 

Perhitungan harga perolehan truk B sebagai berikut:

Harga perolehan truk A                      Rp. 50.000.000,00

Akumulasi depresiasi                          Rp. 20.000.000,00

Nilai buku truk A                                Rp. 30.000.000,00

Kas yang diterima                               Rp.   5.000.000,00

Harga perolehan truk B                       Rp. 25.000.000,00

 


 

Referensi:

Baridwan, Zaki. IntermediateAccounting. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.2008

Rudianto.  Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga. 2012

Waluyo. Akuntansi Pajak edisi 2. Jakarta : Salemba empat. 2009.


http://fantastic-note.blogspot.co.id/2012/02/peng-akuntasi-ii-penghentian-aktiva.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar