AKTIVA TETAP
(PENGHAPUSAN ATAU PENGHENTIAN PEMAKAIAN AKTIVA
TETAP)
Oleh
Syahrina Rahmaniah (11142000028)
Noni Wahyu Lestari (11142000022)
SEMESTER 3
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A.
AKTIVA
TETAP
Aktiva tetap adalah barang berwujud
milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan
normal perusahaan, bukan untuk diperjual belikan (Rudianto, hal 256). Aktiva
tetap merupakan bagian dari neraca yang dilaporkan oleh manajemen dalam setiap
periode atau setiap tahun (Waluyo, hal 90). Aset ini digolongkan menjadi aset
tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud.
Aset tetap berwujud adalah aset yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
(PSAK No.16 tahun 2007). Masa perusahaan diperoleh adalah periode aset tetap
diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa
yang diharapkan perusahaan diperoleh dari aset. Contohnya adalah kepemilikan
mobil yang mempunyai masa manfaat selama 10 tahun. Penetapan apakah mobil
tersebut sebagai aset tetap berwujud atau tidak sangat bergantung pada
persyaratan yang harus terpenuhi seperti batasan diatas dan juga pada tujuan
kepemilikannya.
Aset tetap tidak berwujud adalah
aset yang tidak memiliki bentuk fisik, seperti goodwill, hak paten, copyright, dll.
PENGAKUAN
ASET TETAP
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa suatu benda berwujud dapat diakui dan dikelompokkan sebagai
aset tetap sesuai ketentuan akuntansi komersial apabila:
1.
Manfaat keekonomian
masa yang akan datang yang berkaitan dengan aset tersebut kemungkinan akan
mengalir kedalam perusahaan, dan
2.
Biaya perolehan dapat
diukur secara andal.
Berdasarkan gambaran tersebut
diperlukan adanya penilaian tingkat kepastian aliran manfaat ekonomi masa akan
datang sesuai bukti-bukti yang ada. Kepastian ini tersedia apabila resiko dan
imbalan telah diterima perusahaan. Hal lainnya adalah adanya pengakuan
langsung, sebagai contoh transaksi pertukaran karena mempunyai bukti pembelian
aset yang memberikan identifikasi biayanya. Demikian pula apabila aset dibuat
sendiri, pengukuran dari sisi biaya dapat dibuat melalui transaksi dengan pihak
luar perusahaan dan perusahaan mengakumulasi biaya yang digunakan dalam proses
penyelesaian (konstruksi), sehingga akan memenuhi suatu kualifikasi sebagai aset dan dikelompokan sebagai aset
tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.
Biaya perolehan ini terdiri atas
harga beli, termasuk bea impor, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan
biaya lain yang dapat distribusikan secara langsung sampai aset tersebut siap
dipakai atau berada ditempat. Biaya yang dapat distribusikan contohnya adalah
biaya persiapan tempat, pengiriman awal (initial delivery), penyimpanan,
bongkar muat (handling cost), pemasangan (installation cost), dan biaya
profesional (arsitek). Sebagai contoh, PT Mekar membeli sebuah mobil angkutan
orang yang kapasitasnya lebih dari 10 orang (mini bus), dengan harga perolehan
yang dirinci sebagai berikut:
Harga pembelian = Rp.
220.000.000,00
PPN yang harus
dibayar 10% = Rp. 22.000.000,00
B. PEMBERHENTIAN AKTIVA
Apa yang harus dilakukan perusahaan jika
aktiva tetap kurang bermanfaat, karena habis umur ekonomisnya atau tidak layak
lagi untuk dipakai terus-menerus, tidak efektif dan efisien dalam
penggunaannya? biasanya perusahaan akan membuat aktiva tetap tersebut harus
dihentikan pemakaiannya. Lalu bagaimana cara menghentikannya? Untuk
menghentikan pemakaian aktiva tersebut dapat dilakukan dengan cara dibuang,
dijual, atau ditukarkan dengan aktiva yang baru. Pada waktu aktiva
tetap dihentikan dari pemakaian maka
semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila
aktiva itu dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau harga
residu dicatat sebagai laba atau rugi.
1. Penjualan
Aktiva tetap
Ada
kemungkinan aset tetap yang belum habis umur ekonomisnya tetapi karena berbagai
pertimbangan, oleh perusahaan diputuskan untuk dijual. Jika terjadi penjualan
aset tetap, maka yang perlu dilihat adalah nilai buku aset tetap tersebut pada
tanggal terjadinya transaksi penjualan.
Nilai
buku adalah harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan
aset tetap bersangkutan. Selisih antara nilai buku dengan jumlah uang yang
diterima diakui sebagai laba penjualan aset tetap. Jika diperoleh selisih
lebih, maka diakui sebagai laba penjualan. Jika diperoleh selisih negatif, maka
diakui sebagai rugi penjualan aset tetap.
Misalnya: Mesin yang dibeli pada tanggal 1 februari
2005 dengan harga Rp3.200.000,00, pada tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga
Rp 650.000,00. Mesin tersebut ditaksir umur nya 5 tahun dan depresiasinya
dengan cara garis lurus, taksiran nilai residu Rp200.000,00. Penjualan mesin
pada tanggal 1 juli 2009 dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Depresiasi 6 bulan:
6/12
x 1/5 x Rp(3.200.000,00 – 200.000,00) = Rp 300.000,00
Depresiasi mesin Rp
300.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp300.000,00
Kas Rp650.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin
Rp2.650.000,00
Mesin Rp3.200.000,00
Laba penjualan mesin Rp100.000,00
2.
Pertukaran Aktiva Tetap
(a)
Pertukaran
Aktiva Tetap yang Tidak Sejenis
Yang
dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan
fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin,
tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar aktiva tetap
yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan
aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi, harus diakui sebagai laba
atau rugi pertukaran aktiva tetap. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran
seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan
ditambah uang yang dibayarkan. Bila nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan
tidak dapat diketahui, maka harga perolehan aktiva baru didasarkan pada nilai
wajar aktiva baru.
Misalnya
pada awal tahun 2006 PT Saya menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga
perolehan mesin produksi sebesar Rp2.000.000,00, akumulasi depresiasi sampai
tanggal penukaran sebesar Rp1.500.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar
Rp500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp800.000,00 dan PT
Saya harus membayar uang sebesar Rp1.700.000,00. Harga perolehan truk adalah
Rp2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:
Nilai
wajar mesin produksi Rp 800.000,00
Uang
tunai yang dibayarkan Rp1.700.000,00
Harga
perolehan truk Rp2.500.000,00
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas
adalah sebagai berikut:
Truk Rp2.500.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp1.500.000,00
Kas Rp1.700.000,00
Mesin Rp2.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp300.000,00
Laba pertukaran mesin sebesar Rp300.000,00 dihitung
sebagai berikut:
Nilai
wajar mesin Rp800.000,00
Harga
perolehan mesin Rp2.000.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp1.500.000,00
Apabila
mesin diatas ditukarkan pada pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun
2006, maka pertama kali harus diadakan pencatatan depresiasi untuk ½ tahun 2006 dan baru dilakukan pencatatan
transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin tersebut 5 tahun maka
jurnal-jurnalnya adalah sebagai berikut:
Depresiasi mesin Rp200.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp200.000,00
Perhitungan:
6/12 x 1/5 x Rp2.000.000,00 =
Rp200.000,00.
Truk Rp2.500.000,00
Akumulasi depresiasi
mesin Rp1.700.000,00
Kas Rp1.700.000,00
Mesin Rp2.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp500.000,00
Laba
pertukaran mesin sebesar Rp500.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin Rp800.000,00
Harga perolehan mesin Rp2.000.000,00
Depresiasi s.d awal 2006 Rp1.500.000,00
Depresiasi 6 bulan 200.000,00
Laba pertukaran mesin
Rp500.000,00
(b)
Pertukaran
Aktiva Tetap Sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran
aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama. Dalam hubungannya dengan aktiva
tetap yang sejenis PSAK No. 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul
akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan
tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengoreksi nilai
wajar aktiva yang diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai
wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan.
Sebaliknya bila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar
aktiva yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan (write down), dan nilai baru sesudah
penurunan digunakan sebagai nilai wajar
aktiva yang diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus membayar uang dalam jumlah
tertentu, maka harga perolehan aktiva yang diterima sama dengan nilai buku
aktiva yang dilepaskan ditambah uang
yang dibayarkan. Sebaliknya, apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan
aktiva yang diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan dikurangi uang yang diterima.
Contoh 1: pertukaran dengan mengeluarkan kas
Misalnya, PT
Risa Fadila menukarkan truk merek A dengan truk baru merek B harga perolehan
truk A sebesar Rp. 10.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp. 4.000.000,00.
Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp. 25.000.000,00. PT Risa Fadila membayar
Rp. 20.000.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran tersebut
adalah sebagai berikut:
Truk B
|
Rp. 26.000.000,00
|
|
Akumulasi depresiasi truk A
|
Rp.
4.000.000,00
|
|
Truk A
|
|
Rp. 10.000.000,00
|
Kas
|
|
Rp. 20.000.000,00
|
Perhitungannya
sebagai berikut:
Harga perolehan
truk A Rp.
10.000.000,00
Nilai buku truk
A Rp. 6.000.000,00
Contoh 2: pertukaran dengan penerimaan kas
Sebagai contoh ,
misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan truk B, harga perolehan truk A
sebesar Rp. 50.000,000 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp. 20.000.000,00
harga pasar (harga wajar) truk B Rp. 35.000.000,00 dan PT Risa Fadila menerima
uang Rp. 5.000.000,00. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini sebagai
berikut:
Truk B
|
Rp. 25.000.000,00
|
|
Akumulasi depresiasi truk A
|
Rp. 20.000.000,00
|
|
Kas
|
Rp.
5.000.000,00
|
|
Truk A
|
|
Rp. 50.000.000,00
|
Perhitungan
harga perolehan truk B sebagai berikut:
Harga perolehan
truk A Rp.
50.000.000,00
Nilai buku truk
A Rp.
30.000.000,00
Referensi:
Baridwan, Zaki. IntermediateAccounting. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.2008
Rudianto. Pengantar
Akuntansi. Jakarta: Erlangga. 2012
Waluyo.
Akuntansi Pajak edisi 2. Jakarta : Salemba empat. 2009.
Zulkurnia, http://maribelajar-akuntansi.blogspot.co.id/2013/03/penyusutan-aktiva-tetap.html
diakses 14 September 2015 pukul 21.09.
http://fantastic-note.blogspot.co.id/2012/02/peng-akuntasi-ii-penghentian-aktiva.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar