A. Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam
ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan
prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus
adalah anak luar biasa, anak cacat, dan
atau Anak Dengan Kedisabilitasan ( ADK ). Karena karakteristik dan hambatan
yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra
mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan
tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah
di sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
- SLB bagian
A untuk tunanetra.
- SLB bagian
B untuk tunarungu.
- SLB
bagian C untuk tunagrahita.
- SLB bagian
D untuk tunadaksa.
- SLB
bagian E untuk tunalaras.
- SLB
bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan yang spesifik,
berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan
perkembangan baik permanen maupun temporer yang disebabkan oleh:
- Faktor
Lingkungan
- Faktor
dalam diri Anak Sendiri
- Kombinasi
Keduanya
B. Menjelaskan
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
1. Gangguan
Penglihatan (Tunanetra) diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
Berdasarkan tingkat gangguannya
- Buta total adalah keadaan dimana kedua mata
dari seseorang tidak berfungsi lagi sebagaimana semestinya yang disebabkan
karena adanya kerusakan pada kornea mata atau terputusnya syaraf mata.
- Buta sebagian adalah keadaan dimana salah
satu mata dari seseorang tidak berfungsi dengan baik dikarenakan kerusakan
kornea mata atau terputusnya saraf mata.
- Low Vision adalah keadaan yang terjadi pada
penglihatan seseorang, dimana orang tersebut tidak dapat melihat wujud asli
dari suatu benda melainkan hanya berupa bayangan yang kabur dan itupun apabila
disekitar benda tersebut terdapat banyak cahaya. Low vision yang semakin parah
akan menyebabkan kebutaan total.
Berdasarkan waktu terjadinya
ketunanetraan
- Tunanetra sebelum dan sejak lahir yakni mereka
yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
- Tunanetra setelah lahir dan
atau pada usia kecil yakni mereka yang telah memiliki kesan-kesan serta
pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
- Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa
remaja yakni mereka yang telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan
pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
- Tunanetra pada usia dewasa
yakni mereka yang pada umumnya dengan segala kesadaran mampu melakukan
latihan-latihan penyesuaian diri.
- Tunanetra dalam usia lanjut yakni mereka yang
sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
2. Gangguan
pendengaran (tunarungu) diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
Berdasarkan tingkat keberfungsian
telinga dalam mendengan bunyi
Menurut ashman dan Elkins (1994)
- Ketunarunguan ringan adalah kondisi seseorang
masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB. Mereka sering tidak
menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam
percakapan.
- Ketunarunguan sedang adalah kondisi
seseorangmasih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka
mengalami kesulitan dalam percakapan. Tanpa memperhatikan wajah pembicara,
sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu
dengan alat bantu dengar (hearing aid)
- Ketunarunguan berat sekali adalah kondisi
seseorang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras.
Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat
tergantung pada komunikasi visual. Ada yang dapat terbantu dengan alat bantu
dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (supperpower).
Berdasarkan lokasi
gangguannya menurut Easterbrooks (1997)
- Conductive loss adalah
ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah
telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
- Sensorineural loss
adalah ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam
telinga atau saraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan
bunyi ke otak.
- Central auditory
processing disorder adalah gangguan pada sistem saraf pusat proses auditer
mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengar meskipun
tidak ada gangguan yang spesifik pada telinga individu tersebut.
3. Gangguan
mental rendah (tunagrahita) diklasifikasikan menjadi beberapa macam
yaitu:
Berdasarkan berat ringannya
- Debil (ringan) mempunyai IQ
antara kisaran 50 sampai dengan 70, kondisi fisiknyatidak berbeda anak normal
lainnya, termasuk kelompok mampu didik artinya bisa didik (diajarkan membaca,
menulis dan berhitung) bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 4 SD umum.
- Imbesil (sedang) mempunyai IQ antara
kisaran 30 sampai dengan 50, termasuk kelompok mampu latih, tampang/kondisi
fisiknya sudah dapat dilihat tetapi ada sebagian anak mempunyai fisik normal,
biasa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 2 SD umum.
- Idiot (berat) mempunyai IQ
mereka rata-rata 30 kebawah, sangat rendah intelegensinya sehingga tidak mampu
menerima pendidikan secara akademis, termasuk kelompok mampu rawat, dalam kegiatan
sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain
Berdasarkan klinis tunagrahita dapat
digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut:
- Down Syindrome (mongoloid)
memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah
tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang
baik.
- Kretin (cebol) memperlihatkan ciri-ciri,
seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit
kering, tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata,
telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
- Hydrocephalus memiliki ciri-ciri kepala besar,
raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang
juling.
- Microcephalus
memiliki ukuran kepala yang kecil
4. Gangguan
motorik (tunadaksa) diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
Berdasarkan derajat kecacatannya
- Ringan : dapat berjalan tanpa alat
bantu, bicara jelas dan dapat menolong diri
- Sedang : membutuhkan bantuan untuk
latihan berbicara, berjalan, mengurus diri dan alat-alat khusus, seperti brace.
- Berat : membutuhkan perawatan tetap
dalam ambulasi, bicara dan menolong diri.
Berdasarkan
letak kelainan otak dan fungsi geraknya
- Pastik : adanya kekakuan pada sebagian
atau seluruh ototnya.
- Dyskenesia yang meliputi A’hetosis
adalah penderita yang memperlihatkan gerak tidak terkontrol, Rigid
adalah kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit dibengkokkan, Tremor
adalah getaran kecil yang terus menerus pada mata, tangan atau kepala.
- Ataxia : gangguan keseimbangan, jalannya
gontai, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi.
- Jenis
campuran : seorang anak mempunyai kelainan dua/ lebih dari tipe diatas
C. Menguraikan
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak-anak Berkelainan Fisik
Pada bagian ini akan mengantarkan Pembaca untuk memahami
karakateristik anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan fisik,
yaitu anak tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Untuk itu saudara diharapkan
dapat mencermatinya dengan baik, danmembaca referensi yang relevan
dengan kajian materi ini. Usai mengikuti pembahasan subunit ini
saudara diharapkan dapat menjelaskan karakteristik anak berkebutuhan
khusus yang mengalami kelainan fisik.
a. Karakteristik Anak Tunanetra
Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau
gangguan fungsi penglihatan, yang dinyatakan dengan tingkat ketajaman
penglihatan atau visus sentralis diatas 20/200 dan secara pedagogis membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam
belajarnya di sekolah. Beberapa karakteristik anak-anak tunanetra
adalah:
1. Segi Fisik
Secara fisik anak-anak tunanetra, nampak sekali adanya kelainan pada
organ penglihatan/mta, yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-
anak normal padaumumnya hal ini terlihat dalam
aktivitas mobilitas dan respon motorik yang merupakan umpan
balik dari stimuli visual.
2. Segi
Motorik
Hilangnya indera
penglihatan sebenarnya tidak
berpengaruh secara langsungterhadap keadaan motorik anak tunanetra, tetapi dengan hilangnya
pengalaman visualmenyebabkan tunanetra kurang mampu melakukan
orientasi lingkungan. Sehingga tidak seperti anak-anak normal, anak tunanetra
harus belajar bagaimana berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan
dengan berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas.
3. Perilaku
Kondisi tunanetra tidak secara langsung menimbulkan masalah atau
penyimpangan perilaku pada diri anak, meskipun demikian hal tersebut
berpengaruh pada perilakunya. Anak
tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, sehingga menunjukkan
perilaku yang tidak semestinya. Manifestasi perilaku tersebut dapat berupa
sering menekanmatanya, membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan
kepala dan badan, atau berputar-putar. Ada beberapa teori yang mengungkap mengapa
tunanetra kadang-kadangmengembangkan perilaku stereotipnya. Hal itu
terjadi mungkin sebagai akibat dari tidak adanya rangsangan
sensoris, terbatasnya aktifitas dan gerak di dalam
lingkungan, sertaketerbatasan sosial. Untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku tersebut denganmembantu mereka memperbanyak
aktifitas, atau dengan mempergunakan strategi perilaku tertentu, seperti memberikan
pujian atau alternatif pengajaran, perilaku yang lebih positif, dan sebagainya.
4. Akademik
Secara umum kemampuan akademik, anak-anak tunanetra sama seperti
anak-anak normal pada umumnya. Keadaan
ketunanetraan berpengaruh pada perkembanganketerampilan akademis, khususnya dalam
bidang membaca dan menulis. Dengan kondisi yang demikian maka tunanetramempergunakan berbagai alternatif media ataualat untuk membaca dan menulis,
sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Merekamungkin mempergunakan huruf braille atau huruf
cetak dengan berbagai alternatif ukuran. Dengan asesmen dan pembelajaran
yang sesuai, tunanetra dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulisnya
seperti teman- teman lainnya yang dapat melihat.
5. Pribadi
dan Sosial
Mengingat tunanetra mempunyai keterbatasan dalam
belajar melalui pengamatan danmenirukan, maka anak
tunananetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan perilaku
sosial yang benar. Sebagai akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh
terhadap keterampilan sosial, anak tunanetra perlu mendapatkan latihan
langsung dalam bidang pengembangan persahabatan, menjaga kontak mata atau
orientasi wajah, penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakan gerakan
tubuh dan ekspresi wajah,mempergunakan intonasi suara atau
wicara dalam mengekspresikan perasaan,menyampaikan pesan yang tepat
pada waktu melakukan komunikasi.
Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa dalam
suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan
gerakan tersebut. Keterbatasan tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam memperoleh
pengalaman dan juga berpengaruh pada hubungan sosial. Dari keadaan tersebutmengakibatkan
tunanetra lebih terlihat memiliki sikap:
· Curiga yang berlebihan pada orang lain, ini disebabkan oleh
kekurangmampuannya dalam berorientasi terhadap lingkungannya
· Mudah
tersinggung. Akibat pengalaman-pengalaman yang
kurang menyenangkanatau mengecewakan yang sering dialami, menjadikan
anak-anak tunanetra mudah tersinggung.
· Ketergantungan pada orang lain. Anak-anak tunanetra umumnya memilki sikapketergantungan yang kuat pada oranglain dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Kondisi yang demikian umumnya wajar terjadi
pada anak-anak tunanetra berkenaan dengan keterbatasan yang ada pada
dirinya.
b. Karakteristik Anak Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi
ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki
karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal
pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu, diantaranya adalah:
1. Segi Fisik
· Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Akibat terjadinya
permasalahan pada organ keseimbangan pada telinga, menyebabkan anak-anak tunarungumengalami kekurangseimbangan dalam
aktivitas fisiknya.
· Pernapasannya pendek, dan tidak teratur. Anak-anak tunarungu tidak
pernahmendengarkan
suara-suara dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuaraatau mengucapkan
kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur
pernapasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
· Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan
salah satu indra yang palingdominan bagi anak-anak penyandang tunarungu, dimana sebagian
besar pengalamanannya diperoleh melalui penglihatan. Oleh karena itu
anak-anak tunarungu juga dikenal sebagai anak visual, sehingga cara melihatpun selalu menunjukkankeingintahuan yang besar
dan terlihat beringas.
2. Segi
Bahasa
· Miskin
akan kosa kata
· Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan, atau
idiomatic
· Tatabahasanya
kurang teratur
3. Intelektual
· Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak
tunarungu tidakmengalami permasalahan dalam segi
intelektual. Namun akibat keterbatasan dalamberkomunikasi dan
berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lamban
· Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa.Seiring terjadinyakelambanan dalam
perkembangan intelektualnya akibat adanya hambatan dalamberkomunikasi, maka dalam
segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.
4. Sosial-emosional
• Sering merasa curiga dan syak wasangka. Sikap seperti ini terjadi akibat
adanya kelainan fungsi pendengarannya. Mereka tidak dapat memahami apa
yang dibicarakan oranglain, sehingga anak-anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga.
• Sering bersikap
agresif
c. Karakteristik Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau
cacat tubuh, yang mencakup
kelainan anggota tubuh maupun
yang mengalami kelainananggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena
kelainan yang ada di syarafpusat atau otak, disebut sebagai cerebral palcsy
(CP), dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Gangguan
Motorik
Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-
gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan.
Gangguan motorik inimeliputi motorik kasar dan motorik halus.
2. Gangguan
Sensorik
Pusat sensoris pada manusia terleak
otak, mengingat anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kelainan
di otak, maka sering anak cerebral
palsy disertai gangguan sensorik, beberapa gangguan
sensorik antara lain penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa.
Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan
otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran pada
anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.
3. Gangguan
Tingkat Kecerdasan
Walaupun anak cerebral palsy disebabkan karena kelainan
otaknya tetapi keadaankecerdasan anak cerebral palsy bervariasi, tingkat
kecerdasan anak cerebral palsy mulaidari tingkat yang
paling rendah sampai gifted. Sekitar 45% mengalami keterbelakanganmental, dan
35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas rata-rata.
Sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata (Hardman, 1990).
4. Kemampuan
Berbicara
Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang disebabkan
oleh kelainanmotorik otot-otot wicara terutama pada organ
artikulasi seperti lidah, bibir, dan rahang
bawah, dan ada pula yang terjadi
karena kurang dan tidak terjadi proses interaksidengan lingkungan.
Dengan keadaan yang demikian maka bicara anak-anak cerebral palsymenjadi
tidak jelas dan sulit diterima orang lain.
5. Emosi dan
Penyesuaian Sosial
Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada anak
cerebral palsy,mempengaruhi pembentukan pribadi anak secara umum. Emosi
anak sangat bervariasi,tergantung rangsang yang diterimanya. Secara
umum tidak terlalu berbeda dengan anak–anak normal, kecuali beberapa kebutuhan
yang tidak terpenuhi yang dapat menimbulkan emosi yang tidak terkendali. Sikap
atau penerimaan masyarakat terhadap anak cerebral palsy dapat memunculkan
keadaan anak yang merasa rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah
tersinggung, dan suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakan
diri dan bergaul dengan lingkungan.
Sedangkan anak anak yang mengalami kelumpuhan yang
dikarenakan kerusakan pada otot motorik yang sering diderita oleh anak-anak
pasca polio dan muscle dystrophy lain mengakibatkan
gangguan motorik terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, danmobilisasi.
Ada sebagian anak dengan gangguan gerak yang berat, ringan, dan
sedang. Untuk berpindah tempat perlu alat ambulasi, juga perlu alat bantu dalam memenuhi
kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak. Dalam
kehidupan sehari- hari anak perlu bantuan dan alat yang sesuai. Keadaan
kapasitas kemampuan intelektual anak gangguan gerak otot ini tidak berbeda
dengan anak normal.
Pada bagian ini akan mengantarkan pada saudara untuk memahami
karakateristik anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental-
emosional, yaitu anak tunagrahita,
dan tunalaras. Untuk itu saudara
diharapkan dapat mencermatinya dengan baik, dan membaca referensi
yang relevan dengan kajian materi ini. Usai mengikuti pembahasan
subunit ini saudara diharapkan dapat menjelaskan karakteristik anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental-emosional.
d. Karakteristik Anak Tunagrahita
Untuk memahami karakteristik
anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan
klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Sesuai dengan bidang bahasan pada materi ini akan dibahas pada karakteristik
akademik tunagrahita sebagai berikut:
Karakteristik anak tunagrahita secara umum menurut James
D. Page (Amin,1995:34-37) dicirikan dalam hal: kecerdasan, sosial, fungsi mental,
dorongan dan emosi, kepribadian serta organisme. Masing-masing hal itu sebagai
aspek diantara tunagrahitadengan dijelaskan sebagai berikut:
1. Intelektual
Dalam pencapaian tingkat kecerdasan bagi tunagrahita selalu dibawah
rata-rata dengan anak yang seusia sama, demikian juga perkembangan kecerdasan
sangat terbatas. Mereka hanya mampu mencapai tingkat usia mental
setingkat usia mental anak usia mental anak Sekolah Dasar kelas IV, atau kelas II, bahkan ada yang mampu mencapai tingkatusia mental
Setingkat usia mental anak pra sekolah. Dalam hal
belajar, sukar memahami masalah.Masalah yang bersifat
abstrak dan cara belajarnya banyak secara membeo (rote learning)
bukan dengan pengertian.
2. Segi
sosial.
Dalam kemampuan bidang sosial juga mengalami kelambatan kalau
dibandingkan dengan anak normal sebaya. Hal ini ditunjukkan dengan pergaulan
mereka tidak dapatmengurus, memelihara, dan memimpin diri.
Waktu masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus,
disuapi makanan, dipasangkan dan ditanggalkan pakaiannya, diawasi terus menerus,
setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan orang lain. Kemampuan sosial mereka ditunjukkan dengan Social
Age (SA) yang sangat kecil dibandingkan
dengan Cronological Age (CA). Sehingga skor sosial Social Quotient
(SQ)nya rendah.
3. Ciri pada
fungsi mental lainnya
Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, jangkauan
perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang tangguh dalam menghadapi
tugas. Pelupadan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali
suatu ingatan, kurang mampu membuat asosiasi serta sukar membuat
kreasi baru.
4. Ciri
dorongan dan emosi
Perkembangan dorongan emosi anak tunagrahita
berbeda-beda sesuai dengan tingkatketunagrahitaannya masing-masing. Anak yang berat dan
sangat berat ketunagrahitaannyahampir tidak memperlihatkan dorongan
untuk mempertahankan diri, dalam
keadaan haus dan lapar tidak menunjukkan
tanda-tandanya, mendapat perangsang yangmenyakitkan tidak mampu menjauhkan diri dari
perangsang tersebut. Kehidupan emosinyalemah, dorongan biologisnya
dapat berkembang tetapi penghayatannya terbatas pada perasaan senang, takut, marah,
dan benci. Anak yang tidak terlalu berat ketunagrahitaannya mempunyai kehidupan
emosi yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang kuat,
kurang beragam, kurang mampu menghayati perasaanbangga, tanggung
jawab dan hak sosial.
5. Ciri
kemampuan dalam bahasa
Kemampuan bahasa sangat terbatas
perbendaraaan kata terutama kata yang abstrak. Pada
anak yang ketunagrahitaannnya semakin berat banyak yang mengalami
gangguan bicara disebabkan
cacat artikulasi dan problem dalam pembentukan
bunyi.
6. Ciri
kemampuan dalam bidang akademis
Mereka sulit mencapai bidang akademis membaca dan
kemampuan menghitung yang problematis, tetapi dapat dilatih dalam menghitung
yang bersifat perhitungan.
7. Ciri
kepribadian
Kepribadian anak tunagrahita dari berbagai penelitian oleh
Leahy, Balla, dan Zigler (Hallahan & Kauffman, 1988:69) bahwa anak yang merasa
retardedtidak percaya terhadap kemampuannya, tidak mampu mengontrol
dan mengarahkan dirinya sehingga lebih banyak bergantung pada pihak luar (external locus of
control). Mereka tidakmampu untuk mengarahkan diri sehingga
segala sesuatu yang terjadi pada dirinya bergantung pengarahan dari luar.
8. Ciri
kemampuan dalam organisme.
Kemampuan anak tunagrahita untuk mengorganisasi keadaan
dirinya sangat jelek, terutama pada anak tunagrahita yang kategori berat. Hal ini
ditunjukan dengan baru dapatberjalan dan berbicara pada usia dewasa,
sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannya tidak
dapat difungsikan, kurang rentan terhadap perasaansakit, bau yang
tidak enak, serta makanan yang tidak enak.
Sedang karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan
berat ringannya kelainan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Mampudidik
Mampudidik merupakan istilah pendidikan yang digunakan untuk mengelompokkan
tunagrahita ringan. Mampudidik memiliki kapasitas inteligensi antara 50 –
70 pada skala Binet maupun Weschler. Mereka masih mempunyai kemampuan untuk dididik dalam
bidang akademik yang sederhana (dasar) yaitu membaca, menulis dan berhitung.
Anak mampudidik kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahun
ataukelas 6 sekolah dasar, apabila mendapatkan layanan dan bimbingan
belajar yang sesuai maka anak mampu didik dapat lulus sekolah dasar.
Anak mampu didik setelah dewasamasih memungkinkan untuk dapat bekerja mencari nafkah, dalam
bidang yang tidakmemerlukan banyak pemikiran. Tunagrahita mampudidik
umumnya tidak desertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga kesan
lahiriah anak mampudidik tidak berbeda dengan anak normal sebaya, bahkan
sering anak mampu didik dikenal dengan terbelakang mental 6 jam, hal ini
dikarenakan anak terlihat terbelakang mentalsewaktu mengikuti pelajaran
akademik di sekolah saja, yang mana jam sekolah adalah6 jam setiap
hari.
2. Mampulatih
Tunagrahita mampulatih secara fisik sering memiliki atau disertai dengan
kelinan fisik baik sensori mapupun motoris, bahkan hampir semua anak yangmemiliki kelainan
dengan tipe klinik masuk pada kelompok mampu latih
sehingga sangat mudah untuk mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan
fisiknya (kesan lahiriah) berbeda dengan anak normal sebaya. Anak mampulatih memilikikapasitas inteligensi (IQ) berkisar antara 30 –
50, kemampuan tertingginya setara dengan anak normal usia 8
tahun atau kelas 2 SD. Kemampuan akademik
anak mampulatih tidak dapat mengikuti pelajaran
yang bersifat akademik walaupun secara sederhana seperti membaca, menulis
dan berhitung. Anak mampulatih hanya mampu dilatih dalam
keterampilan mengurusdiri sendiri dan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
3. Perlurawat
Anak perlu rawat adalah
klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat, jika pada istilah kedokteran
disebut dengan idiot. Anak perlu rawat memiliki kapasitas inteligensi di bawah25 dan sudah tidak
mampu dilatih keterampilan. Anak ini hanya mampu dilatih pembiasaan
(conditioning) dalam kehidupan sehari-hari. Seumur
hidupnya tidak dapat lepas dari orang lain.
e. Karakteristik Anak Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan
perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki
kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di bawah rata-rata.
Kelainan lebih banyak banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial
ini adalah:
1. Karakteristik umum
• Mengalami gangguan perilaku; suka berkelahi, memukul, menyerang,merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi,
tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai oranglain,mengancam,
berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, sukamencuri, mengejek, dan sebagainya.
• Mengalami kecemasan; kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan,
tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, seringmenangis,
malu, dan sebagainya.
· urang dewasa; suka berfantasi, berangan-anagan, mudah
dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya
• Agresif; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya,
loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
2. Sosial /emosi
· Sering melanggar norma masyarakat
· Sering mengganggu
dan bersifat agresif
· Secara emosional sering merasa rendah diri dan mengalami
kecemasan
3. Karakteristik akademik
• Hasil belajarnya seringkali jauh di bawah
rata-rata
• Seringkali tidak naik kelas
• Sering membolos sekolah
• Seringkali melanggar peraturan
sekolah dan lalulintas.
f. Anak Berkelainan Akademik
Pada bagian ini akan mengantarkan pada saudara untuk memahami
karakateristik anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan akademik,
yaitu anak berbakat, dan anak berkesulitan belajar. Untuk itu saudara
diharapkan dapat mencermatinya dengan baik, danmembaca referensi yang
relevan dengan kajian materi ini. Usai mengikuti pembahasan subunit
ini saudara diharapkan dapat menjelaskan karakteristik anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan akademik.
g. Karaktersitik Anak Berbakat
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami
kelainanintelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan
intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan,
bahwa diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang
rentangan IQ sekitar 137 ke atas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly
gifted), sedangkan mereka yang rentangannya berkisar 120-137 yaitu yang mencakup
rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut moderately
gifted. Mereka semua memiliki talen akademik(academic
talented) atau keberbakatan intelektual.
Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak berbakat
sebagaimanadiungkapkan Kitato dan Kirby, dalam Mulyono (1994), dalam
ini adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Intelektual
• Proses belajarnya sangat cepat
• Tekun dan rasa ingin tahu yang besar
• Rajin membaca
• Memiliki perhatian yang lama dalam
suatu bidang khusus
• Memiliki pemahaman yang sangat majau
terhadap suatu konsep
• Memiliki sifat kompetitif yang tinggi
dalam suatu bidang akademik
2. Karakteristik Sosial-emosional
• Mudah
diterima teman-teman sebaya dan orang dewasa
• Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, dan memberikan
sumbangan pemikiran yang konstruktif
• Kecenderungan
sebagai pemisah dalam suatu pertengkaran
• Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang, dan
jujur
• Perilakunya
tidak defensif, dan memiliki tenggang rasa
• Bebas dari tekanan emosi, dan mampu mengontrol emosinya sesuai
situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi oranglain.
• Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi masalah
sosial.
3. Karakteristik Fisik-kesehatan
• Berpenampilan rapi dan menarik
• Kesehatannya berada lebih baik di atas
rata-rata
g. Karaktersitik Anak Berkesulitan Belajar
Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak
berkebutuhan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai
standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran
konvensional. Learningdisability merupakan suatu istilah yang mewadahi
berbagai jenis kesulitan yangdialami anak terutama yang berkaitan dengan masalah
akademis. Secara umum berkesulitan belajar spesifik adalah
anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih dari proses
psikologi dasar termasukpemahaman dalam menggunakan bahasa lisan atau
tertulis yang dimanifestasikandalam ketidak sempurnaan mendengar, berfikir, wicara, membaca, mengeja
ataumengerjakan hitungan matematika. Konsep ini merupakan hasil dari gangguanpersepsi, disfungsi minimal otak, disleksia,
dan disphasia, kesulitan belajar ini tidak termasuk masalah belajar,
yang disebabkan secara langsung oleh adanya gangguan penglihatan, pendengaran,
motorik, emosi, keterbelakangan mental, atau faktor lingkungan, budaya, maupun
keadaan ekonomi. Dimensinya mencakup:
• Disfungsi pada susunan syaraf pusat
(otak),
• Kesenjangan (discrepancy) antara potensi
dan prestasi
• Keterbatasan proses psikologis
• Kesulitan pada tugas akademik dan belajar
Kesenjangan antara potensi dan prestasi dalam
berprestasi untuk mencapaikompetensi yang telah ditetapkan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa kesulitanbelajar adalah setiap anak yang tidak
mampu mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Untuk memahami anak berkesulitan belajar spesifik memang
harus mengenal karakteristik atau ciri-ciri khusus yang muncul pada
anak-anak berkesulitan belajar, yang umumnya baru terdeteksi setelah
anak usia 8 – 9 tahun atau kelas 3 – 4 SDmasuk pada kelompok kesulitan
belajar akademik, hal ini dikarenakan sulitnyamengenal karakteristik anak sejak
dini. Adapun karakteristik yang dapat diamatiadalah
adanya kesenjangan (discrepancy) antara potensi anak dengan prestasi
(akademik) dan perkembangan yang dicapai, kesenjangan ini minimal 2 level
akademik atau 2 tahun perkembangan. Memiliki kesulitan pada satu bidang akademik/perkembangan
yang tertinggal dibandingkan dengan bidang akademik/perkembangan lain
yang dimiliki anak (perbedaan intra individual).
D. Menjelaskan Pendidikan
Inklusi
1. Definisi
Pendidikan Inklusi (Inclusive Education)
Kata inklusi bermakna terbuka, lawan dari eksklusi yang
bermakna tertutup. Pendidikan Inklusi berarti pendidikan yang bersifat terbuka
bagi siapa saja yang mau masuk sekolah baik dari kalangan anak normal maupun
anak berkebutuhan khusus.
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menyatukananak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada
umumnya untuk belajar.Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah, 2007;82),
pendidikan inklusi adalah sekolah harusmengakomodasi semua anak tanpa memandang
kondisi fisik, intelektual, sosial emosional,linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat, berbakat.Anak-anak jalanan dan pekerja anak berasal dari populasi terpencil atau berpindah-pindah.
Anak yang berasal dari populasi etnis minoritas, linguistik, atau budaya dan anak- anakdari area atau kelompok yang kurang beruntung.
Istilah pendidikan inklusi atau inklusif, mulai terkenal semenjak
tahun 1990, ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang
diteruskan dengan pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusif pada tahun
1994.
Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi
solusi, adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi
anak-anak penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Sementara itu Sapon-Shevin (O Neil,1995) menyatakan
bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan
agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat. Melalui
pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak lainnya
(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995) hal ini
dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal
dan anak tidak normal (berkebutuhan khusus) yang tidak dapat dipisahkan sebagai
suatu komunitas sosial.
Pendidikan inklusi lazimnya sudah diterapkan di
Negara-negara maju, seperti Norwegia, Swedia, Denmark, USA, dan sebagian
Australia. Di Indonesia model pendidikan inklusi sudah banyak dirintis di
beberapa sekolah tertentu, namun belum dapat sepenuhnya dilaksanakan. Dalam
kasus-kasus tertentu nama sekolah inklusi telah menjadi trade mark, tetapi
dalam prakteknya tidak lebih dari sekedar sekolah terpadu biasa. Oleh karena
itu masa-masa yang akan datang sekolah inklusi di Indonesia bukan hanya sekedar
nama saja tetapi diharapkan menjadi sebuah sekolah inklusi beneran seperti yang
telah diselenggaraka di beberapa Negara maju di Eropa, Amerika dan Australia.
Ini tentu saja menjadi tugas dan komitmen bersama antara pemerintah, sekolah
dan masyarakat.
2. Tujuan
Pendidikan Inklusi
Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi pribadinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian,
kecerdasan, akhlaq mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan Negara
(UU No 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 1). Oleh sebab ituinti dari pendidikan inklusi adalah
hak azasi manusia atas pendidikan. Suatu konsekuensilogis dari hak ini adalah
semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan yangtidak mendiskriminasikan
dengan kecacatan, etnis, agama, bahasa, jenis kelamin,
kemampuan dan lain-lain. Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam pendidikan inklusimeliputi tujuan langsung
oleh anak, oleh guru, oleh orang tua dan oleh masyarakat.
Selanjutnya tujuan pendidikan inklusi menurut Raschake dan Bronson
(Lay Kekeh Marthan, 2007: 189-190), terbagi menjadi 3 yakni bagi anak
berkebutuhan khusus, bagi pihak sekolah, bagi guru, dan bagi masyarakat, lebih jelasnya adalah sebagaiberikut:
a. Bagi anak berkebutuhan khusus
· anak akan merasa menjadi bagian dari masyarakat pada umumnya.
· anak akan memperoleh bermacam-macam sumber untuk belajar dan
bertumbuh.
· meningkatkan harga diri anak.
· anak memperoleh kesempatan untuk
belajar dan menjalin persahabatan bersama teman yang sebaya.
b. Bagi pihak sekolah
· memperoleh pengalaman untuk mengelola berbagai perbedaan dalam satu
kelas.
· mengembangkan apresiasi bahwa setiap orang memiliki keunikan dan
kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya.
· meningkatkan kepekaan terhadap keterbatasan orang lain dan rasa empati
padaketerbatasan anak.
· meningkatkan kemempuan untuk menolong dan mengajar semua anak dalam
kelas
c. Bagi guru
· membantu guru untuk menghargai perbedaan pada setiap anak dan mengakui
bahwaanak berkebutuhan khusus juga memiliki kemampuan
· menciptakan
kepedulian bagi setiap guru terhadap pentingnya pendidikan bagi anakberkebutuhan khusus.
· guru akan merasa tertantang untuk menciptakan metode-metode baru dalam
pembelajaran dan mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah.
· meredam kejenuhan guru dalam mengajar.
d. Bagi masyarakat
· meningkatkan kesetaraan sosial dan kedamaian dalam masyarakat.
· mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan setiap anggota
masyarakat tentang proses demokrasi.
· membangun rasa saling mendukung dan saling membutuhkan antar anggotamasyarakat.
3. Karekteristik
Pendidikan Inklusi
Karakteristik dalam pendidikan inklusi tergabung
dalam beberapa hal sepertihubungan, kemampuan, pengaturan tempat duduk, materi belajar, sumber yang dijelaskansebagai berikut:
a. Hubungan
Ramah dan hangat, contoh untuk anak tuna rungu: guru selalu berada
di dekatnya dengan wajah terarah pada anak dan tersenyum. Pendamping kelas (orang tua)memuji anak tuna rungu dan membantu lainnya.
b. Kemampuan
Guru, peserta didik dengan latar belakang
dan kemampuan yang berbeda serta orangtua sebagai pendamping.
c. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk yang bervariasi seperti, duduk berkelompok
di lantaimembentuk lingkaran atau duduk di bangku bersama-sama
sehingga mereka dapatmelihat satu sama lain.
d. Materi belajar
Berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran, contoh
pembelajarnmatematika disampaikan melalui kegiatan yang lebih menarik, menantang danmenyenangkan melalui bermain peran menggunakan poster dan
wayang untukpelajaran bahasa.
e. Sumber
Guru menyusun rencana harian dengan melibatkan anak, contoh meminta anakmembawa media belajar yang murah dan mudah didapat
ke dalam kelas untukdimanfaatkan dalam pelajaran tertentu.
Dalam pendidikan inklusi terdapat siswa normal dan
berkebutuhan khusus, dalam rangka untuk menciptakan manusia yang berkembang seutuhnya maka
diperlukanadanya pembinaan peserta didik, melalui pembinaan ini maka
diharapkan peserta didikmampu berkembang dan memiliki keterampilan secara
optimal.
4. Kurikulum
Sekolah Inklusi
Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak, yang selama ini anakdipaksakan mengikuti kurikulum.
Oleh sebab itu hendaknya memberikan kesempatanuntuk menyesuaikan
kurikulum dengan anak. Menurut Tarmansyah (2007:154)
untukmodifikasi kurikulum merupakan model kurikulum dalam
sekolah inklusi. Modifikasi pertama adalah mengenai pemahaman bahwa teori model itu selalu merupakanrepresentasi yang disederhanakan
dari realitas yang kompleks. Modifikasi kedua adalah mengenai aspek kurikulum yang secara
khusus difokuskan dalam pembelajaran yangakan dibahas lebih banyak dalam
praktek pembelajaran.
Kurikulum yang digunakan di sekolah inklusi adalah
kurikulum anak normal (regular)yang disesuaikan (dimodifikasi
sesuai) dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa.Lebih lanjut, menurut Direktorat PLB (Tarmansyah,2007:168) modifikasi dapat dilakukan dengan cara modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi, modifikasi
proses belajar mengajar, modifikasi sarana dan prasarana, modifikasi lingkungan
untukbelajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Dengan kurikulum akan memberikan peluangterhadap tiap-tiap anak untuk mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan bakat,
kemampuannya dan perbedaan yang ada pada setiap anak.
5. Tenaga
Kependidikan Dalam Layanan ABK
Personil pendidikan ABK tidak jauh berbeda dengan personil
pendidikan umum lainnya. Personil yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Tenaga
Guru
Guru yang bertugas pada pendidikan ABK harus memiliki
kualifikasi dan kemampuan yang dipersyaratkan. Tenaga guru tersebut meliputi :
Guru Khusus, Guru Pembimbing (Konselor pendidikan), Guru umum yang telah
memiliki pengalaman luas dalam mendidik dan menangani masalah-masalah
pendidikan anak di sekolah.
b. Tenaga
Ahli
Tenaga ahli dalam pendidikan ABK sangat diperlukan
keberadaannya untuk ikut membantu pemecahan permasalahan anak dalam bidang
nonakademik, tenaga ahli itu meliputi : Dokter umum, Dokter spesialis,
Psikologi, maupun tenaga ahli lainnya.
c. Tenaga
Administrasi
Untuk kelancaran proses belajar-mengajar perlu dukungan
tenaga administrasi sekolah sebagai tenaga non akademik keberadaannya sangat
diperlukan untuk kelancaran tugas-tugas sekolah secara umum, misalnya keuangan,
surat menyurat, pendataan murid atau guru, dan sebagainya.