EMOSI (PSIKOLOGI PENDIDIKAN)
EMOSI
(sumber:https://personalityfuji.wordpress.com/) |
A.
Pengertian Emosi
Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang
berasal lagi dari emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata Latin emovere,
artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis emosi berati “bergerak
keluar”.secara sederhana emosi berarti suatu keadaan
kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi juga diartikan sebagai suatu reaksi
psikologis dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut,
marah, muak, haru, cinta, dan sejenisnya
Emosi muncul Karena bentuk
luapan perasaan atau suatu gejolak suasana batin,. Hathersall (1985)
merumuskan pengertian emosi sebagai suatu psikologis yang merupakan pengalaman
subyektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Misalnya seorang
remaja yang sedang marah memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur
tubuh menegang, bertingkah laku menendang atau menyerang, serta jantung
berdenyut cepat.
Jadi,kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa emosi merupakan reaksi psikologi seseorang dalam bertindak atau melakukan
suatu tindakan, misalnya menangis, marah, benci, takut, sedih, haru, cinta,
muak, bahagia dan lain-lain.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi
1. Faktor
Dasar Emosi
a.
Perubahan
Jasmani/fisik
b.
Keadaan
anak, contohnya : apakah anak itu cacat, atau sempurna
c.
Perubahan
dalam hubungan teman-teman
d.
Perubahan
dalam hubungan sekolah
e.
Perubahan
atau penyesuaian dengan lingkungan baru
2.
Faktor
Internal
a.
Merasa
tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul
ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.
b.
Merasa
dibenci, disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun termasuk
orang tua mereka.
c.
Merasa
lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada disokong,
disayangi dan ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.
d.
Merasa
tidak mampu atau bodoh.
e.
Merasa
tidak menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti sering
bertengkar, kasar, pemarah, cerewet dan bercerai.
f.
Merasa
menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan secara
tidak adil.
3.
Faktor
Eksternal
Menurut Hurlock
(1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi emosi adalah :
a.
Orang
tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat harga diri
mereka dilecehkan.
b.
Apabila
dirintangi, anak membina keakraban dengan lawan jenis.
c.
Terlalu
banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak disalahkan,
dikritik oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan
mengekspresikannya dengan cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki
guru, atau masuk geng dan bertindak merusak (destruktif).
d.
Disikapi
secara tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan dengan
saudaranya yang lebih berprestasi dan lainnya.
e.
Merasa
kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.
f.
Merasa
disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela, dihukum
dan dihina.
C.
Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Nilai (value) merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan, ukuran untuk menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk. Nilai
adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan
agama, dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi
seseorang dalam menjalani kehidupannya.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan,
akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwodarminto, 1957 : 957). Dalam moral
diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan sesuatu
perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan
demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan,
pemahaman, gagasan, rasa takut, perasaan terancam dan keyakinan-keyakinan
tentang suatu hal. Sikap adalah kesiapan seseorang untuk memperlakukan sesuatu
objek. Dengan kata lain bahwa sikap itu adalah kecenderungan bertindak pada
seseorang.
Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang,
dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika
telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi berupa kecenderungan (predisposisi) tingkah laku. Jadi sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
Menurut Danel Suasanto, pertumbuhan ataupun perkembangan pada masa
remaja biasanya ditandai oleh beberapa perubahan-perubahan seperti dibawah ini
:
1.
Perubahan
Fisik
Pada
masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan proses kematangan seksual.
Beberapa kelenjar yang mengatur fungsi seksualitas pada masa ini telah mulai
matang dan berfungsu. Disamping itu tanda-tanda seksual sekunder telah mulai
nampak pada diri remaja.
2.
Perubahan
Intelek
Menurut
perkembangan kognitif yang dibuat oleh Jean Piaget, seorang remaja telah
beralih dari masa konkrit-operasional ke masa formal-operasional. Pada masa
konkrit-operasional, seseorang mampu berpikir sistematis terhadap hal-hal atau
obyek-obyek yang bersifat konkrit, sedang pada masa formal operasional ia sudah
mampu berpikir se-cara sistematis terhadap hal-hal yang bersifat abstrak dan
hipotetis. Pada masa remaja, seseorang juga sudah dapat berpikir secara kritis.
3.
Perubahan
Emosi
Pada
umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah menjadi labil. Menurut
aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan ini terutama
disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar hor-monal. Namun
penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya menolak pendapat ini. Sebagai contoh,
Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan sosial terhadap
per-ubahan emosi pada masa remaja lebih besar artinya bila dibandingkan dengan
pengaruh hormonal.
4.
Perubahan
Sosial
Pada
masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Ia dianggap bukan lagi
anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat
sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja juga sering diharapkan
bersikap dan bertingkahlaku seperti orang dewasa. Pada masa remaja, seseorang
cenderung untuk meng-gabungkan diri dalam ‘kelompok teman sebaya’. Kelompok
so-sial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi remaja. Pengaruh kelompok
ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh
keluarga. Menu-rut Y. Singgih D. Gunarsa & Singgih D. Gunarsa, kelompok
remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja
untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkahlaku dan melakukan hubungan
sosial. Namun kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka
menjadi sangat kuat sehingga kelakuan mereka menjadi “overacting’ dan energi
mereka disalurkan ke tujuan yang bersifat merusak.
5.
Perubahan
Moral
Pada
masa remaja terjadi perubahan kontrol tingkahlaku moral: dari luar menjadi dari
dalam. Pada masa ini terjadi juga perubahan dari konsep moral khusus menjadi
prinsip moral umum pada remaja. Karena itu pada masa ini seorang remaja sudah
dapat diharapkan untuk mempunyai nilai-nilai moral yang dapat melandasi
tingkahlaku moralnya. Walaupun demikian, pada masa remaja, seseorang juga
mengalami kegoyahan tingkah laku moral. Hal ini dapat dikatakan wajar, sejauh
kegoyahan ini tidak terlalu menyimpang dari moraliatas yang berlaku, tidak
terlalu merugikan masyarakat, serta tidak berkelanjutan setelah masa remaja
berakhir.
D.
Teori Perkembangan Moral
Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral
didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Dalam
Teori Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar
hasil temuan Piaget. Menurut Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun
melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak. Dalam wawancara , anak-anak
diberi serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral.
Berikut ini ialah dilema Kohlberg yang paling populer:
” Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker
khusus. Ada satu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut
adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di
kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker
menetapkan harganya 10X lebih mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk
pembuatan 1 dosis obat ia membayar $ 200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien
perempuan, Heinz pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang,
tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah dari harga obat.
Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker
bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar setengahnya
kemudian. Tetapi sang apoteker berkata ”tidak, aku menemukan obat, dan aku
harus mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko
obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.”
Cerita ini adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh
Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita,
anak-anak yang menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema
moral. Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau
salah? Pataskah suami yang baik itu mencuri? Dll. Berdasarkan
penalaran-penalaran yang diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral
ini dan dilema moral lain. Dengan adanya cerita di atas menurut Kohlberg
menyimpulkan terdapat 3 tingkat perkembangan moral, yang masing-masing ditandai
oleh 2 tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori
Kohlberg , ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang
dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara
internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg
terdapat 3 tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap
diantaranya sebagai berikut :
Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional.
Penalaran Prakonvensional adalah : tingkat yang paling rendah dalam
teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan
internalisasi nilai-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan
(hadiah) dan hukuman eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang
lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah
laku yang buruk mendapatkan hukuman.
Tahap I. Orientasi hukuman dan ketaatan.
Yaitu : tahap pertama yang mana pada tahap ini penalaran moral
didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk
taat
Tahap II. Individualisme dan tujuan
Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah)dan
kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling
baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang
dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat Dua : Penalaran Konvensional
Penalaran Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi
individual menengah dimana seseorang tersebut menaati stándar-stándar
(Internal)tertentu, tetapi mereka tidak menaati stándar-stándar orang lain
(eksternal)seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat.
Tahap III. Norma-norma Interpersonal
Yaitu dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian dan
kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral.
Seorang anak mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik.
Tahap IV Moralitas Sistem Sosial
Yaitu dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas pemahaman
atuyran sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional
Yaitu Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar
diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain.
Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode.
Tahap V. Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual
Yaitu nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan
bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.
Tahap VI. Prinsip-prinsip Etis Universal
Yaitu seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang
didasarkan pada hak-hak manusia universal. Dalam artian bila sseorang itu
menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara
hati.
Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan yakin bahwa
dalam ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada
masa usia sebelum 9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada masa awal
remaja cenderung pada konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada
pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral menurut kohlberg
dalam psikologi umum.
Ketika kita khususkan dalam memandang teori perkembangan moral dari
sisi pendidikan pada peserta didik yang dikembangkan pada lingkungan sekolah
maka terdapat 3 tingkat dan 6 tahap yaitu :
Tingkat Satu : Moralitas Prakonvensional
Yaitu : ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana
mulai dari usia 4-10 tahun yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan
tradisi sosial.Yang man dimasa ini anak masih belum menganggap moral sebagai
kesepakatan tradisi sosial.
Pada tingkat pertama ini terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.
Adalah penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan
anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan
kata lain sangat memperhatikan ketaatan dan hukum. Dalam konsep moral menurut
Kohlberg ini anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman
akibat keburukan tersebut. Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan
penghindaran dari hukuman.
Tahap 2. Memperhatikan Pemuasan kebutuhan.
Yang bermakna perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan
dan kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Tingkat Dua : Moralitas Konvensional
Yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan
yuwana pada usia 10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan
tradisi sosial.
Pada Tingkat II ini terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap 3. Memperhatikan Citra Anak yang Baik
Maksudnya : anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan
patokan moral agar dapat memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk
menghindari hukuman.
Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya, jadi
ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal ini terdapat
pada pendidikan anak.
Pada tahap 3 ini disebut juga dengan Norma-Norma Interpernasional
ialah : dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian, dan kesetiaan
kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak-anak
sering mengadopsi standar-standar moral orang tuanya sambil mengharapkan
dihargai oleh orang tuanya sebagi seorang anak yang baik.
Tahap 4. Memperhatikan Hukum dan Peraturan.
Anak dan remaja memiliki sikap yang pasti terhadap wewenang dan
aturan.Hukum harus ditaati oleh semua orang.
Tingkat Tiga : Moralitas Pascakonvensional
Yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana dan
pascayuwana dari mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih dari
sekadar kesepakatan tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan yang
tanpa syarat dan moral itu sendiri adalah nilai yang harus dipakai dalam segala
situasi.
Pada perkembangan moral di tingkat 3 terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan.
Maksudnya dalam dunia pendidikan itu lebih baiknya adalah remaja
dan dewasa mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan
dan patokan sosial.
Perubahan hukum dengan aturan dapat diterima jika ditentukan untuk
mencapai hal-hal yang paling baik.. Pelanggaran hukum dengan aturan dapat
terjadi karena alasan-alasan tertentu.
Tahap 6. Memperhatikan Prinsip-Prinsip Etika.
Maksudnya : Keputusan mengenai perilaku-pwerilaku sosial
berdasarkan atas prinsip-prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum
universal yang selaras dengan kebaikan umum dan kepentingan orang
lain.Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat meskipun
sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk menetapkan aturan
sosial. Contoh : Seorang suami yang tidak punya uang boleh jadi akan mencuri
obat untuk menyelamatkan nyawa istrinya dengan keyakinan bahwa melestarikan
kehidupan manusia merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi daripada mencuri
itu sendiri.
E.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama
dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peranan orangtua
sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap
orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak,
antara lain:
1.
Konsisten
dalam mendidik anak
2.
Sikap
orangtua dalam keluarga
3.
Penghayatan
dan pengamalan agama yang dianut
4.
Sikap
konsisten orangtua dalam menerapkan norma
F.
Upaya Pengembangan Moral, Nilai dan Sikap Serta Implikasinya bagi
Pendidikan
Tahap-tahap perkembangan moral pada remaja telah mencapai pada
tahap moralitas hasil interaksi yang seimbang yaitu secara bertahap anak
mengadakan internalisasi nilai moral dari orangtuanya dan orang-orang dewasa di
sekitarnya. Pada akhir masa remaja terdapat lima perubahan yang dapat
dilukiskan sebagai berikut:
1.
Pandangan
moral remaja mulai menjadi abstrak, menifestasi dari ciri ini adalah prilaku
remaja yang suka saling bernasihat sesama teman dan kesukaannya pada kata-kata
mutiara.
2.
Pandangan
moral remaja sering terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah. Sehingga
remaja sangat antusias pada usaha-usaha reformasi sosial.
3.
Penilaian
moral pada remaja semakin mendasarkan diri pada pertimbangan kognitif, yang
mendorong remaja mulai menganalisis etika sosial dan mengambil keputusan kritis
terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4.
Penilaian
moral yang dilakukan remaja menunjukkan perubahan yang bergerak dari sifat
egosentris menjadi sosiosentris, sehingga remaja senang sekali bila dilibatkan
dalam kegiatan memperjuangkan nasib sesama, kesetiakawanan kelompok yang
kadang-kadang untuk ini remaja bersedia berkorban fisik.
5.
Penilaian
moral secara psikis juga berkembang menjadi lebih mendealam yang dapat
merupakan sumber emosi dan menimbulkan ketegangan-ketegangan psikologis.
Sehingga pada akhir masa remaja moral yang dianutnya diharapkan menjadi
kenyataan hidup dan menjadi barang berharga dalam hidupnya.
Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti
yang diharapkan, maka kita dihadapkan dengan masalah pembinaan. Adapun
upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap remaja
adalah:
1.
Menciptakan
Komunikasi
Dalam
komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral.
Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa bagaimana seseorang harus
bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai-nilai moral, tetapi anak-anak
harus dirangsang supaya lebih aktif.
2.
Menciptakan
Iklim Lingkungan yang Serasi
Seseorang
yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur, dan konsekuen yang
senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup
tersebut. Ini berarti antara lain, bahwa usaha pengembangan tingkah laku nilai
hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual
semata, tetapi mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif dimana
factor-faktor lingkungan itu sendiri merupakan penjelmaan yang konkret dari
nilai-nilai hidup tersebut. Karena lingkungan merupakan factor yang cukup luas
dan sangat bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan
sosial terdekat terutama mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan Pembina
yaitu orang tua dan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih Sukmadinata.Landasan Psikologi Psoses Pendidikan.Bandung:PT
Remaja
Rosdakarya.2011
Syamsu Yusuf.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung:PT
Remaja Rosdakarya
Kimmyaulia.Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap. Di unduh
dari
http://kimmyaulia.blogspot.com/2014/03/perkembangan-nilai-moral-dan-sikap.html
Eva Yuliawati.Makalah Perkembangan Moral.Di unduh dari
http://evayuliawati.blogspot.com/2013/03/makalah-perkembangan-moral.html
Anekamakalah.Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap.Di unduh
dari
http://www.anekamakalah.com/2012/07/perkembangan-nilai-moral-dan-sikap.html
Jum’atun Nikmah.Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap.Di
unduh dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar